Wartasulsel.id.Makassar-Sejakdikukuhkan oleh Pengurus Cabang Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar (10 Januari 2020) Pengurus Masjid Besar Al-Mubarak Paccerakkang Periode 2020 - 2025, gencar melakukan pertemuan-pertemuan dalam rangka membahas rancangan tufoksi dan program - program strategis organisasi.
Hal ini dilakukan sebagai prakondisi dalam merespon amanah dan ekspektasi tinggi masyarakat Paccerakkang terkhusus Jamaah Masjid Al-Mubarak akan hadirnya sebuah masjid yang refresentatif di mana dalam kurun waktu satu dekade terakhir proses pengerjaannya tak kunjung selesai.
Pengurus Masjid Besar Al-Mubarak yang dimotori oleh Mustafa R. selaku Ketua Umum dan dalam komposisi kepengurusan bercokol nama-nama yang merupakan tokoh / pemuka masyarakat Paccerakkang, di antaranya ; Suyono DS., H. Hamzah Badeng, H. Zainuddin, AKP. H.M. Hatta Sode, H. Haruna Sese, Tekeng, H. Husain MDS., H. Adnan Tiro, Benget Hutagaol, Abd. Rahman Ronda, dan sederet nama lain. Komposisi kepengurusan tersebut dinilai merupakan kolaborasi yang cukup mumpuni karena keragaman latar belakang pendidikan dan profesi pengurus.
Dalam eksistensinya yang tergolong belia, Pengurus Masjid Besar Al-Mubarak telah mempersembahkan kerja-kerja nyata, di antaranya; Implementasi Peningkatan Kualitas Layanan Masjid serta Standarisasi Pengelolaan Manajemen Masjid (sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan Kemenag dan Dirjen Binmas Islam Kemenag). Sementara unntuk pekerjaan fisik, telah mampu menuntaskan pembangunan menara setinggi kurang lebih 30 meter. Saat ini tengah dalam proses pengerjaan dinding bagian depan dan utara dengan konsep minimalis yang menggunakan ornament krawangan dan profil beton. Konsep tersebut sengaja dipilih karena di samping meminimalisir segi anggaran dari segi artistik juga tak kalah dengan desain lainnya.
Terkait dengan sumber-sumber dana, di samping bertumpu pada donasi jamaah dan masyarakat sekitar secara rutin (Jumat dan Kerja Bakti pada hari Ahad), pengurus juga giat mengajukan proposal secara door to door baik kepada lembaga pemerintah, perusahaan, maupun perseorangan dan responnya cukup menggembirakan.
Pada satu kesempatan, Penulis bertandang ke kediaman Mustafa R. (Ketua Umum Pengurus Masjid Besar Al-Mubarak di bilangan Jl. Paccerakkang Lr. Zhuhadha No.7 Makassar. Beliau yang dalam aktivitas kesehariannya tercatat sebagai personil pada Kantor Kesyahbandaran Utama Makassar ini terkesan sebagai sosok yang sangat bersahaja serta tidak pelit berbagi informasi.
Terlihat sebatang gulungan kecil-putih bertuliskan angka 234 terselip di ujung jari telunjuk dan jari tengah beliau, berulang kali gulungan kecil itu disodorkan di celah bibir. Tampak bara api kecil di ujung gulungan itu bergerak perlahan menuju ke dalam meninggalkan butiran abu yang akhirnya terbentur dan terpenggal dalam wadah yang terbuat dari kayu. Dari liang hidung dan mulut, desahan nafas naik-turun mengantarkan gumpalan-gumpalan asap lalu melayang beriringan menuju awan. Gelas mug bergagang lingkar juga seolah tak betah di posisinya, berulangkali gelas itu diangkat lalu menyeruput kopi yang tertuang di dalamnya. Sejenak kemudian beliau mulai bertutur.
Awalnya saya agak pesimis terhadap amanah yang masyarakat khususnya jamaah masjid bebankan di pundak saya sebagai ketua. Kenapa, karena saya sadar akan kemampuan yang saya miliki. Memang ketika masih muda dulu, saya pernah menjadi Ketua Ikatan Remaja Masjid di tempat yang sama, tapi saya rasa pengalaman itu belum cukup, terlebih setelah melihat antusias jamaah yang begitu besar agar pembangunan Masjid Besar Al-Mubarak segera dituntaskan. Saya memahami bahwa salah satu kendala ketidakmampuan pengurus lama menyelesaikan pembangunan karena terbentur persoalan klasik yaitu dana. Faktor Ini yang menjadi alasan kenapa saya pesimis, dan bukan tidak mungkin kondisi seperti itu akan terjadi di masa kepengurusan saya dan akhirnya juga dinyatakan gagal.
Seiring berjalannya waktu, sikap pesimis itu berangsur-angsur lenyap dan berbalik menjadi optimis, setelah melihat semangat dan potensi teman-teman yang ada dalam komposisi kepengurusan. Hampir setiap malam kami mengadakan pertemuan kecil, dari rumah ke rumah dengan tujuan untuk mempererat tali silaturahmi, membangun soliditas (tim work), dan memperkuat komitmen secara kolektif.
Setelah itu action. Eksekusi program perdana kami adalah Implementasi Standar Kualitas Pengelolaan dan Pembinaan Manajmen Masjid, di antaranya : Mengoptimalkan fungsi-fungsi kesekretariatan; Pengelolaan Keuangan yang akuntabel, transparan, dan berintegritas; Upaya memakmurkan masjid dengan mengaktifkan kembali Ikatan Remaja Masjid yang sudah satu dekade mengalami kevakuman.
Selanjutnya perhatian mulai kami fokuskan pada pembangunan fisik. Kendati keadaan saldo kas masjid terbilang jauh dari kata cukup untuk membangun sebuah menara, bukan alasan bagi kami untuk terus diam dan berpangku tangan. Akhirnya dengan Nawaitu, kami mulai star dan tancap gas. Dalam perjalanannya, kami diperhadapkan pada situasi sulit akibat Pandemi Covid 19. Finansial mulai pincang, saldo kas nihil, dan terlilit hutang. Gas terpaksa kami kendorkan dan akhirnya break selama masa transisi di mana ketika itu Pembatasan Sosial Berskala besar mulai diberlakukan oleh pemerintah. Kala itu, di benak kami mulai bergejolak kebimbangan. Entah sampai kapan situasi sulit ini akan berakhir. Kendati asa kami sedikit mengendor, semangat tetap kami jaga. Kami sadar bahwa ini adalah bencana dunia.
Memasuki kehidupan kenormalan baru di masa pendemi, kebijakan pemerintah sudah mulai longgar terhadap aktivitas ekonomi dan sosial. Kami kembali merangkai asa. Penggalangan dana diintensifkan. Pembangunan menara harus lanjut sampai tuntas. Berkat upaya maksimal segenap pengurus serta dukungan yang luar biasa dari para donatur, pembangunan menara akhirnya dapat terealisasi dan rampung 100℅ sesuai target yang kami canangkan. Dan perlu kami tegaskan bahwa pencapaian target tersebut, bukanlah suatu prestasi melainkan hasil kerja dari sebuah pengabdian. Kami hanyalah pelayan justru para donaturlah yang berperan sentral di balik semuanya karena tanpa dukungan positif mereka kami tiada mampu berbuat apa-apa.
Saya terkesan dengan satu kutipan yang berbunyi 'Dari Allah Kita Datang, Untuk Allah Kita Hidup, dan Akhirnya Kepada Allah Kita Kembali. Semoga Amalan Kita Ketika Hidup Akan diterima oleh Allah SWT.
Untaian kalimat tersebut terdengar begitu sederhana namun sejatinya mengandung makna yang dalam. Olehnya itu, untuk memetik makna yang dalam tersebut, kami mengajak saudara-saudari untuk berinvestasi menuju Ridho Allah, dengan menyalurkan donasi ke Nomor Rekening : 138 - 202 - 000000830 - 9 Bank Sul-Selbar, A.n. Mesjid Al-Mubarak
Ucapan terima kasih serta apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tinggi kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam rangka Renovasi Masjid Besar Al-Mubarak yang bukan hanya menjadi kebanggaan Masyarakat Paccerakkang akan tetapi menjadi kebanggaan dan asset besar segenap Masyarakat Muslim secara universal demi tegak dan lestarinya Siar Islam di masa mendatang.
Demikian kalimat terakhir dari seorang Mustafa R. tuturkan di ujung pertemuan.
Tiada terasa waktu bergulir begitu cepat. Jarum jam sudah bertengger di angka 2. Hembusan angin tak lagi bersahabat, serasa menusuk menembus tulang. Saya pamit dari kediaman Sang Ketua, menyusuri pekatnya malam, berselancar derasnya angin.
Selamat mengusung amanah pak ketua beserta segenap jajaran pengurus Masjid Besar Al-Mubarak Paccerakkang,Kiprah kalian juga sungguh luar biasa.
*QMH. Salman Salam*