As'ad Bukhari, S.Sos., MA.
(Dosen LB IAIN Bone)
WARTASULSEL.ID.Generasi muda adalah jantung sebuah negara yang sangat menentukan kemajuan dan kegagalan sebuah negara dalam mempertahankan tanah air. Negara selalu membutuhkan generasi muda yang prestatif, kontributif, solutif, proaktif, inspiratif, keratif, produktif, dan progresif serta integratif. Pemtingnya kehadiran generasi muda yang turut menjaga serta melindungi bangsa sebagai kedaulatan dan melestarikan budaya sebagai karakter bangsa yang penuh makna historis. Akan tetapi banyak tantangan serta rintangan yang dihadapi generasi muda abad ke-20/ ke-21 ini. Banyak juga generasi muda yang justru merusak bangsanya karena beberapa faktor diantara lain krisisnya moralitas, gagalnya sistem pendidikan, kuatnya arus globalisasi, lunturnya sikap nasionalisme, meredamnya sikap patriotisme terhadap negeri sendiri, ketergantungan terhadap bangsa asing, kemandirian dalam membangun bangsa yang terbatas, dan tidak lagi menghargai sejarah bangsa yang sesungguhnya.
Nasionalisme generasi muda saat ini telah tergadaikan hanya untuk mendapatkan eksistensinya yang dipengaruhi oleh arus kemajuan dan globalisasi. Lebih bangga dengan sesuatu yang asing dan branded dalam aspek apapun itu baik itu pendidikan, kesehatan, bisnis, dan segala bentuk entrepreneur. Semakin modern dan canggihnya teknologi justru menyerutkan pola pikir generasi muda terhadap sikap nasionalismenya. Nasionalisme seakan hanya bungkus yang tidak lagi berguna untuk kehidupannya karena telah tergantikan dengan akulturasi yang berlebihan dari budaya asing yang masuk di negeri yang kita cintai ini. Hanya mengaku bangga namun realitanya masih jauh dari retorikanya.
Krisisnya sikap nasionalisme ini menjadi problematika dan isu yang sangat fatal bila tidak diperhatikan. Kekhawatiran ini juga terkadang menjadi spekulasi terhadap kegagalan sistem pendidikan Indonesia yang masih sangat begitu kompleks problematikanya. Anak muda yang memiliki sikap nasionalis dan patriotis tidak akan terpengaruh dari mana pun yang datang untuk mengintervensi maupun bentuk kolonialisme modern. Lebih baik jelek dan sederhana tapi milik bangsa sendiri ketimbang bagus dan menarik tapi milik bangsa lain. Tidak bisa dipungkuri, terkadang ini justru bentuk edukasi dari generasi tua termasuk para pemimpin juga yang memperlihatkan kemewahan yang dimilikinya yang jauh dari makna nasionalis dan patrotis yang sesungguhnya.
Peran penting anak muda yang akan mempertahakan, melestarikan dan mengimplementasikan nilai-nilai nasionalisme dan patriotismenya terhadap Nusantara atau Negara Indonesia. Adapun langkahnya ialah dengan merefleksi ulang mindset generasi muda terhadap sejarah Indonesia, memperluas ilmu pengetahuan serta wawasan tentang Indonesia, mendedikasikan seluruh nilai ruhnya pada bangsa inonesia, menjaga idealisme tentang nasionalisme serta patriotisme, merekonstruksi nilai-nilai yang sudah menggeser dari otensistas bangsa, mengaktualisasikan segala keindahan dan potensi Negara Indonesia secara global, partisipatif dalam mengelola dan memajukan Negara Indonesia, menyelesaikan segala konflik antar sesama warga Negara Indonesia yang berbau SARA, memurnikan bentuk politisasi yang jauh dari makna kemerdekaan Indonesia, mendalami jiwa independensi terhadap bangsa Indonesia, generasi muda yang memiliki kapasitas militansi yang tinggi, dan memupuk mentalitas generasi muda agar selalu tangguh dan kuat.
Oleh : As'ad Bukhari, S.Sos., MA.(Dosen LB IAIN Bone)