MAKASSAR.WARTASULSEL.ID-Ngabuburit menunggu berbuka puasa di 'Sanggar Seni Pendopo Aspirasi Andi Pasamangi Wawo' terasa dibuai angin semilir dari celah dedaunan yang rimbun pepohonan. Ada Mangga, jeruk besar, jeruk purut, rambutan, pisang, pohon bambu, Ubi kayu dan ubi jalar. Juga taman bunga, kembang dan Bonsai mengitari beberapa bangunan, seperti tempat lesehan, panggung pentas dan musik serta kolam ikan di bawah rumah kayu mini dan tempat utama, bangunan berbentuk kapal. Penataannya mirip Cafe n Resto.
- Sebagai Kordinator FKPM Resort Kotabes Makassar menyiarkan pesan Kamtibmas di BFive Radio Sreaming FKPM
"Ini saya buat untuk pribadi bersama keluarga, teman dan sahabat untuk nikmati masa tua, tutur Andi Pasamangi Wawo, membuka bincang bincang santainya bersama sejumlah jurnalis muda, belum lama ini, di awal Ramadhan.
* * *
Dia seorang organisatoris dan Pekerja Sosial. Tak salah kalau dia dikenal Tokoh masyarakat (Tomas) yang bermukim di Ujung 'dunia'nya kota Makassar. Nama Kelurahan dan Kecamatannya sama. Manggala !.
Di sana sejak 1988, hampir semua jabatan pernah disandangnya. Seperti, Ketua BP3 SD Antang kelompok Sadar Wisata, Ketua Sadar Kamtibmas, Ketua FK-LPM, Ketua Mesjid, Ketua Kecamatan Sehat, Ketua Ponggawa, Ketua Sadar Wisata, Ketua Panwaslu, Ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPK), Ketua Makassar Tidak Rantasa (MTR), Ketua Kelompok Sadar Budaya.
Tak terhitung ormas dan keagamaan mendudukkannya sebagai Penasehat. Belum lagi, sebagai Ketua Panitia kalau ada kegiatan baik Pembangunan swadaya maupun seremonial.
"Saya selalu ditempatkan pada posisi yg menentukan, sekalipun rapat kadang saya tdk hadiri, peserta biasa aklamasi memilih saya", tuturnya merendah.
Profesinya Wartawan yang sudah puluhan tahun berkiprah sebagai 'ladang' hidup bersama keluarganya.
Kariernya di media cetak mulai dari Reporter, Redaktur sampai Pimpinan Redaksi sudah digeluti. Di media daring, banyak yang mengangkatnya sebagai Pembina karena Standar Kompetensinya sebagai 'Wartawan Utama' Dewan Pers.
Di Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Sulawesi Selatan, Jabatannya mulai dari Pengurus Seksi, Wakil Sekertaris, Wakil Ketua, Sekertaris Dewan Kehormatan, sampai Ketua Dewan Penasehat, saat ini.
"Kalau struktur di PWI, tak ada lagi di atasnya. Karena sebelum susunan Dewan Pengurus, ada Dewan Kehormatan. Di atasnya ada beberapa nama di Dewan Penasehat", urainya.
* * *
DITIKAM DAN DIKEROYOK
"Apa yang paling berkesan selama menggeluti profesi Jurnalis", tanya seorang teman wartawan.
"Tahun 80an saya pernah dikeroyok dan ditikam preman usai memuat berita tentang tanah masyarakat yang belum dibebaskan untuk lahan salahsatu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang dapat bantuan LN", ceritanya tanpa menyebut nama PTS itu.
Menurutnya ketika melakukan investigasi, ternyata sejumlah pemilik tanah ketika diberi uang muka sebagai panjar, disuruh tandatangani kwitansi kosong, dan dijanji akan dibayar lunas. Namun sampai tanahnya ditimbun dan dipagari pelunasan tak pernah terjadi.
Hasil konfirmasi ke pejabat berwenang, mengaku sudah dilunasi.
Ceritanya, sebelum diberitakan, para pemilik pasang selembar triplek bertuliskan Tanah milik Rakyat belum dibebaskan" yang diikat di pagar, tepat di pinggir jalan utama yang biasa dilewati Walikota (alm Kolonel Abustam). Hingga ketika mau pulang ke Sudiang, Walikota singgah dan marah.
Sekejap saja, 'papan bicara' itu diamankan Hansip Kelurahan.
Semua kejadian itu dibadikan oleh kamera telelens jarak jauh Andi Pasamangi.
"Yang membuat salah seorang oknum marah, karena cek sogokannya Rp.1,5 juta ketika saya konfirmasi, saya lapor ke Laksus Kodam", kenangnya.
"Kau simpan saja itu cek dan jangan belanjakan. Kalau kau tidak beritakan, kau juga saya tangkap", tutur Om saya di Laksus sembari menyuruh anak buahnya fotokopi.
ketika berita naik cetak pejabat itu mati mendadak mungkin karena ketakutan. Menurut info, katanya, akibat serangan jantung.
Seminggu kemudian, Andy, panggilan akrabnya di"kerjai" sejumlah preman saat ngopi di perempatann Jalan Sumba dan Irian.
Untung katanya, latihan beladirinya mengajarkan agar selalu waspada. Termasuk, memilih tempat duduk di sudut saat sendiri sebagai perisai serangan dari belakang dan samping.
Ada pengeroyok babak belur dihantam pakai kursi kayu (Bangko2, ciri khas kursi dulu di warkop). Ada juga dilempari gelas dan toples gula.
"Saat saya mengejar seorang penikam yang saya elakkan dengan membalikkan meja, satu diantaranya menikam saya dari belakang. Syukur hanya tergores karena saya lari cepat mengejar pelaku ke Pusat Pertokoan Pasar Sentral", kisahnya
" Dengan sedikit merasa perih akibat goresan badik, saya lanjut melapor ke Polsek Wajo dengan menyerahkan baju yang sobek sobek" tambah Andi Pasamangi Wawo yang mengaku masa itu, dia Pelatih beladiri silat kuntauw dan pemegang sabuk coklat di Yudo Yuyitsu Karate (YYK) Bharata Yudha 'milik' alm. Alber Robert Samar (sekarang Inkado) di bawah bendera FORKI.
" Saya kakak letting Wasit Nasional Karate Ki Yani Mahdi", meyakinkan.
Besoknya, koran harian Pedoman Rakyat dan Tegas memberitakan kejadian itu hingga, katanya, Dantabes Makassar, alm. Kolonel Polisi Andi Abd Rahman perintah anggota TEam Khusus Anti Bandit (TEKAB) segera mencari dan menangkap pelaku.
Tak ada sepekan, seorang pelaku yang menikam ditangkap. Menurut info, dia seorang pembunuh bayaran dari Surabaya tapi berasal dari kota Makassar.
"Ketika dipertemukan di ruang Pemeriksa, pelaku malah balik menuduh saya mabuk. Beda barang bukti pecahan gelas dan toples yang sudah diamankan petugas dinTKP", kenangnya sambil menambahkan, dia juga pernah dikeroyok di depan rumahnya karena memberitakan 'ulah oknum' Polisi yang gerebeq Penjudi dan Balapan liar dibantu sejumlah preman sebagai 'peluncur' untuk kepentingan pribadi.
"Alhamdulillah, Tuhan melindungi saya tak apa apa ketika dikeroyok. Dan oknum itu jalani hukuman disiplin sekalipun mengelak bahwa dia salah sasaran.
"Saya maafkan alasan kekhilafannya dengan syarat harus minta maaf pada keluarga, tetangga dan organisasi Profesi saya secara tertulis", senyumnya sambil meyakinkan para yunior di depannya bahwa demi kebenaran, dirinya tak pernah gentar melaksanakan tugas kewartawanan.
* * *
JUARA I LOMBA MENULIS
"Masih adakah nostalgia lainnya yang takkan terlupakan", tanya teman lainnya.
"Saya pernah Juara lomba menulis yang pesertanya dari kalangan Mahasiswa, Akademisi, Tokoh masyarakat, Penulis dan Wartawan dalam rangka Hari Pers Nasional", akunya.
Juara yang tak pernah terbayangkan, katanya, karena awalnya tak berniat ikut. Apalagi siangnya tidak turut meninjau lapangan obyek lomba bertema " "Makassar kota Bersinar" dan "Pewilayahan Komoditas di Sulsel" yang dimulai sore, ba'da fardhu Ashar.
Menurutnya, saat itu motor CB 'Gelatik'nya masuk bengkel. Jadi, takut tak dapat angkot pulang. Karena, lewat magrib tak ada lagi 'pete pete' ke Antang dari Tello.
Ketika berbenah mau pulang, dompetnya tercecer. Mungkin, curiganya, dia kecopetan waktu ke toko Akai 'cuci mata' depan Balai Wartawan di kawasan Pantai Losari.
Andy melihat ke arah peserta yang lagi berjibaku diiringi suara mesin ketik bertalu talu. Di sana ada tetangga. Namanya, Asli Kusuma Wartawan Harian sore, Tegas.
Dia lalu mendaftar ke Panitia. Padahal, sudah menjelang Magrib.
Mesin ketik di kantornya diboyong dan memilih duduk dekat tetangganya sambil meminta tolong boncengan pulang.
Lusanya, malam acara puncak di auditorium RRI Nusantara IV, dihadiri Menteri Penerangan alm H.Harmoko, mantan Ketua PWI Pusat.
Saat itu, katanya, hujan deras sejak siang hingga sore. Tak ada angkot malam. Terpaksa pinjam motor menyusuri guyuran hujan sepanjang 13 Km.
Ketika Andy tiba, acara ternyata sudah berlangsung. Dia baru berbenah karena celana bagian bawah basah tak bisa tertutup mantel.Tiba tiba terdengar namanya berulangkali dipanggil sebagai Juara 1 lomba menulis 'Makassar kota Bersinar'.
"Dengan celana basah saya naik ke panggung menerima Piala dan Mesin Ketik dari Menpen RI, disaksikan Muspida Sulsel dan Muspida Kota Makassar" kenangnya, dan menyampaikan, mesin ketik merk 'Brother' itu masih tersimpan di museum mininya.
* * ,*
PENYIAR DAN PEMUSIK.
Andi Pasamangi Wawo anak Alm Letkol Purn H Andi Wawo Sulaemana Pettalolo, masih mengingat tahun 70an punya Radio Amatir (Radam). Namanya, 'Destroyer' yang bekerja pada Gelombang Frequwensi 117, 58 meter band (SW-1) dan jadi Penyiar di 'Dini Dino', milik Alm Andi Erwin anak owner PT Sedz.co.
Menurutnya, di era Amatir Radio dengan lisensi YC8BWB, Andy juga aktif di Pengurus ORARIDA 8 Sulsel yg diketuai Dr.Drs. HAB.Amry Amin, SH MBA, PHd (YB8AS). Bahkan, katanya, pernah Ketua Orlok Timur dan Ketua beberapa Club Station serta Ketua Bankompol 'Singa' Prov Sulsel (dulu, Sulselbar) hingga kini.
Hampir setengah abad, kisahnya, dia berjumpa dan menggabung dengan teman" Penyiar masa remaja yang sempat berkiprah di Radio Siaran Swasta Niaga seperti Sonata, Bayureksa, Mercuris dan Pro 2 RRI Nus IV. Juga pemain Band Destroyer, seperti Andi Marno dan H.Gaffar (Didit).
Ada penyiar Joel Baster Fordy Rotty, Marennoe Andi Mallombasang Boy Yenner, Dody Ardhita, Erick Truely, Fikri Wardana Amphie, Latuperissa, Bravo Keenan dan beberapa lagi yg kini aktif di Radio Mainstream BFive Valvoline, KISS FM beserta Tiktoknya.
Ketika didaulat sebagai Kordinator Forum Komunikasi Polisi Masyarakat (FKPM) Sektor Kota Besar Makassar sesuai 'Sprint' Kapolrestabes Makassar, maka Andi Pasamangi sisip salahsatu program selain beberapa rencana 'action plan' FKPM. Yaitu, penyebarluasan pesan 'Harkamtibmas' di media massa. Baik cetak, elektronik dan media daring (online) maupun radio mainstream yg bisa dimonitor langsung lewat Handphone.
Alhamdulillah, katanya, beberapa hari lalu, Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Arya Perdana, SH, SIK, Msi didampingi sejumlah Pejabat Utamanya bersama Ketua DPRD Makassar, Supratman ketika silaturahmi ke Sekertariat FKPM Jl Bhayangkara 5, sempat Testimoni di B-Five Radio Mainstream FKPM.
Sobat2 "gaek", sebut Andi Pasamangi Wawo, diajak masuk FKPM melengkapi Pengurus di Divisi Siaran Radio, sebagai pengabdian saat usia senja, dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, minimal di lingkungan masing masing.
"Ikut menciptakan Kamtibmas yang kondusif aman dan terkendali, bukan semata tanggungjawab Polisi.Tapi Masyarakat, juga. Itu sering saya ingatkan", kunci Tomas yabg pernah ilWakil Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sebagai mitra kerja Pemerintah.
Tampaknya, dia tak pernah kelihatan lelah memberi manfaat, baik menjadi Ketua Mesjid Al Hidayah maupun terlibat di sejumlah komunitas sosial.
"Jaman dulu dan sekarang kalau mau berbhakti tak ada bedanya. Yang penting ikhlas sesuai kemampuan dan kemauan", jawab Anggota Dewan Paripurna Pemuda Panca Marga Sulsel ini ketika ditanya soal keterbatasan ilmu dan adab jaman sekarang, sambil berbuka puasa bersama. (Tim).